(MAN TELUK KUANTAN)
Abdul Aziz
Jumat, 14 Desember 2012
RESENSI
NOVEL
Sengsara
membawa Nikmat
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
1. Abdul Aziz
2. Marlina
3. Nurhafizah
4. Uswatun Khasanah
MADRASAH ALIYAH NEGERITELUK
KUANTAN
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
PROVINSI RIAU
2012/2013
Kesabaran Seseorang dalam Menerima Penderitaan
Tulis Sutan Sati
Nama kelompok :
-
Abdul aziz
-
Marlina
-
Nurhafizah
-
Uswatun Khasanah
Analisis Instrinsik Novel Sengsara Membawa Nikmat
Tema : Kesabaran seseorang dalam menerima penderitaan
Tokoh dan Penokohan :
1. Midun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, taat pada agama, serta penyabar.
2. Tuanku Laras adalah seorang Kepala Kampung yang sangat kaya.Dia sangat ditakuti dan disegani dikampungnya.
3. Kacak adalah seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia angkuh, kasar, serta suka berpoya-poya.
4. Haji Abbas adalah seorang penghulu dan guru ngaji serta guru silat.
5. Maun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada ajaran agama. Dia sahabat kental Midun.
6. Halimah adalah seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya.Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
7. Pak Karto adalah seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di Padang.Dia mempunyai hati yang baik.
8. Syekh Abdullah Al-Hadramut adalah saudagar kaya keturunan Arab. Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
9. Tuan Hoofdcommissaris adalah seorang kompeni dengan jabatan sebagai Kepala Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
10. Manjau adalah pemuda baik-baik, adik kandung Midun.
11. Lenggang, Ma atang adalah orang suruhan si kacak
Tema : Kesabaran seseorang dalam menerima penderitaan
Tokoh dan Penokohan :
1. Midun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, taat pada agama, serta penyabar.
2. Tuanku Laras adalah seorang Kepala Kampung yang sangat kaya.Dia sangat ditakuti dan disegani dikampungnya.
3. Kacak adalah seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia angkuh, kasar, serta suka berpoya-poya.
4. Haji Abbas adalah seorang penghulu dan guru ngaji serta guru silat.
5. Maun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada ajaran agama. Dia sahabat kental Midun.
6. Halimah adalah seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya.Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
7. Pak Karto adalah seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di Padang.Dia mempunyai hati yang baik.
8. Syekh Abdullah Al-Hadramut adalah saudagar kaya keturunan Arab. Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
9. Tuan Hoofdcommissaris adalah seorang kompeni dengan jabatan sebagai Kepala Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
10. Manjau adalah pemuda baik-baik, adik kandung Midun.
11. Lenggang, Ma atang adalah orang suruhan si kacak
Alur : Maju
Latar : Latar tempat
a. Padang (Minangkabau)
b. Bogor
c. Jakarta(betawi)
Amanat : - Bersabarlah dalam menjalani kehidupan karena tak ada kehidupan yang tanpa ujian atau cobaan, dan percayalah bahwa dibalik cobaan dan ujian yang datang pasti ada hikmah yang tersembunyi.
- Pandai-pandailah mengemudikan hawa nafsu. Hawa nafsu tak ada batasnya dan hawa nafsu ini kerap kali menjerumuskan orang pada lembah kesengsaraan.
Latar : Latar tempat
a. Padang (Minangkabau)
b. Bogor
c. Jakarta(betawi)
Amanat : - Bersabarlah dalam menjalani kehidupan karena tak ada kehidupan yang tanpa ujian atau cobaan, dan percayalah bahwa dibalik cobaan dan ujian yang datang pasti ada hikmah yang tersembunyi.
- Pandai-pandailah mengemudikan hawa nafsu. Hawa nafsu tak ada batasnya dan hawa nafsu ini kerap kali menjerumuskan orang pada lembah kesengsaraan.
-pandai-pandailah dalam bergaul, salah bergaul badan celaka.
Sudut Pandang : Sudut pandang dalam Novel Sengsara Membawa Nikmat yaitu sudut pandang serba tahu.
Dalam tipe ini tentunya pengarang akan bertindak serba tahu. Pengarang mengetahui serba watak, keadaan, sifat hidup, dan sebagainya darai semua yang ada.Dari tingkah laku yang amat pribadi sampai kepada hal-hal yang jelas kelihatan dari setiap tokoh.Dari pikiran yang terselubung sampai kepada aktivitas konkret dapat diamati.Pendek kata, pengarang benar-benar berperan sebagai seorang dalang yang menciptakan bahkan menentukan segala yang ada. Pengarang tidak hanya tahu ciri-ciri lahir maupun isi hati semua tokoh dalam cerita yang dikarangnya, tetapi juga tahu tentang nasib yang akan dialami tokoh-tokoh itu.
Gaya Penulisan : Dalam penulisan Novel Sengsara Membawa Nikmat pengarang lebih banyak menggunakan bahasa melayu yang tidak lain yakni bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau.
Sudut Pandang : Sudut pandang dalam Novel Sengsara Membawa Nikmat yaitu sudut pandang serba tahu.
Dalam tipe ini tentunya pengarang akan bertindak serba tahu. Pengarang mengetahui serba watak, keadaan, sifat hidup, dan sebagainya darai semua yang ada.Dari tingkah laku yang amat pribadi sampai kepada hal-hal yang jelas kelihatan dari setiap tokoh.Dari pikiran yang terselubung sampai kepada aktivitas konkret dapat diamati.Pendek kata, pengarang benar-benar berperan sebagai seorang dalang yang menciptakan bahkan menentukan segala yang ada. Pengarang tidak hanya tahu ciri-ciri lahir maupun isi hati semua tokoh dalam cerita yang dikarangnya, tetapi juga tahu tentang nasib yang akan dialami tokoh-tokoh itu.
Gaya Penulisan : Dalam penulisan Novel Sengsara Membawa Nikmat pengarang lebih banyak menggunakan bahasa melayu yang tidak lain yakni bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau.
Resensi Buku
Judul : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : 1929
Tebal Buku : 192 Halaman
Buku sastra lama yang berjudul
Sengsara Membawa Nikmat yang ditulis oleh Tulis Sutan Sati ini ternyata masih
mempunyai daya pikat tersendiri. Seperti sastra lama yang lain yang juga
diterbitkan Balai Pustaka, buku ini mempunyai gaya yang khas, dengan menyajikan
kehidupan masyarakat pada zamannya yang terjadi di Minangkabau.
Keragaman
para tokoh dari berbagai suku, akan menambah daya pikatnya karena masyarakat
pembaca akan dapat mengetahui sifat dan sikap masyarakat dari berbagai suku
yang terlibat langsung dalam buku ini.
Novel karya Tulis Sutan Sati
inibanyak diselimuti kesedihan.Keseluruhan novel ini baik menyangkut tema, isi
cerita, maupun amanat merupakan refleksi dari realitas social yang sering
dijumpai dalam masyarakat sehingga membuat pembacanya lebih peka terhadap
realita kehidupan.Seperti konflik yang dialami tokoh Midun ini dengan seorang
pemuda yang bernama Kacak yang selalu menaruh dendam dan iri hati kepadanya.
Seperti dalam penggalan cerita yang singkat ini :
“Suatu hari istri
Kacak terjatuh ke sungai.Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu, istri
Kacak pun selamat.Tetapi Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak
memperkosa istrinya, kacak melaporkan kepada Tuanku Laras.Midun pun mendapat
hukuman dari Tuanku Laras. Hukumannya adalah harus bekerja di rumah Tuanku
Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras
untuk mengawasi Midun selama menjalani hukuman adalah Kacak. Kacak bahagia dan
memanfaatkan untuk menyiksa Midun.Tiap hari Midun diperlakukan secara kasar dan
segala macam kata-kata hinaan dari Kacak.Namun semua perlakuan itu Midun terima
dengan penuh kepasrahan.
Kacak belum puas
juga sebab dia tidak rela dan ikhlas Midun masih bebas berkeliaran di
kampung.Itu menjadi penghalang bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di
kampung.Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun
dari kampung selamanya.Tapi untung Midun berhasil mengelaknya.Namun perkelahian
antar mereka tak bisa dihindari.Perkelahian itu berhenti ketika polisi
datang.Setelah diperiksa, Madun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam
penjara.Dengan Midun masuk penjara, Kacak senang maka dia bisa bebas berbuat di
kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara Midun mengalami
berbagai penyiksaan.Dia disiksa oleh para sipir penjara ataupun oleh para
tahanan yang ada dipenjara itu.Para tahanan baru tidak berani mengganggu Midun
setelah Midun berhasil melawan si Jago para tahanan.Midun sejak saat itu sangat
dihormati oleh para tahanan yang lainnya.
Suatu hari ketika
Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun melihat seorang wanita cantik sedang
duduk dibawah pohon kenari.Ketika wanita itu pergi, kalung yang dikenakan
wanita itu tertinggal dibawah pohon.Kalung tadi dikembalikan Midun ke rumah
wanita itu.Wanita itu sangat senang sampai jatuh hati kepada Midun.Midun juga
ternyata jatuh hati kepadanya.Wanita itu bernama Halimah.Mereka pun saling
berkenalan dan berbagi cerita.
Keluar dari
penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu dibantu oleh
Pak Karto.Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah orangtua kandung
Halimah.Kurang lebih dua bulan Midun tinggal bersama keluarga Halimah.Dia
kemudian pergi ke Jakarta untuk mencari penghasilan.Dalam perjalanan ke
Jakarta, Midun bertemu dengan saudagar bernama Syekh Abdullah Al-Hadramut.Dia
menawarkan pinjaman uang kepada Midun, Midun pun menerimanya.Midun membuka
usaha dagang di Jakarta dan Midun sukses.Syekh iri hati terhadap Midun, dia
menagih hutang Midun dengan jumlah yang jauh dari pinjaman Midun.Midun tidak
bisa membayar.Syekh bersedia uangnya dianggap lunas asal Midun bersedia
menyerahkan Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya.Midun menolak tawaran
Syekh dan Syekh mengajukan Midun ke pengadilan.Midun masuk penjara lagi.
Di hari Midun bebas, Midun jalan-jalan
ke Pasar Baru.Disana Midun melihat seorang pribumi menyerang seorang Sinyo
Belanda.Midun lansung menolong Sinyo Belanda.Sinyo Belanda itu sangat
berterimakasih kepada Midun, dia mengenalkan Midun pada orangtuanya.Orangtuanya
ternyata seorang Kepala Komisaris yang bernama Hoofdcommissaris.Sebagai ucapan
terimakasih, Midun diberi pekerjaan sebagai Juru Tulis.
Setelah mendapat
pekerjaan, Midun pun melamar Halimah dan mereka menikah di Bogor di rumah
orangtua Halimah.Tak lama Midun diangkat menjadi Kepala Mantri di Tanjung
Priok.Midun ditugaskan menumpas penyeludup di Medan.Di Medan Midun bertemu
dengan adiknya yang bernama Manjau.Manjau bercerita banyak tentang kampung
halamannya.Midun sedih mendengar kabar keluarganya di kampung hidup
menderita.Midun pulang ke Jakarta, dia minta ditugaskan di kampung halamannya.
Kepulangan
Midun ke Minangkabau membuat Kacak gelisah dan takut perbuatannya yang telah
menggelapkan kas negara akan terbongkar. Tidak lama kemudian, Kacak
ditangkap.Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di kampung
mereka.Kacak masuk penjara.Sedangkan Midun hidup bahagia bersama istri dan
seluruh keluarganya di kampung.
Menyimak
cerita diatas, betapa banyaknya pelajaran yang bisa kita ambil.Kekaguman kami
terhadap karakter Midun tersebut, yang dengan sabar dan tulus ikhlas menerima
segala cobaan atau bahaya yang menimpa dirinya.Hatinya tetap, kemauannya keras
dan berani serta sabar menentang bahaya.Biar apapun yang terjadi atas dirinya.Midun
tidak pernah berputus asa, karena ia yakin, bahwa tiap-tiap celaka itu ada
gunanya atau kesengsaraan itu kerap kali membawa nikmat. Imannya teguh dan
tidak pernah hilang akal, walaupun bencana silih berganti datang kepadanya.
Karena pengharapannya yang tidak putus-putus itu, ia selalu mengiktiarkan diri
akan memperbaiki nasibnya.
Namun,disamping
kelebihan buku ini juga terdapat kekurangannya yaitu, dalam novel ini
penggunaan gaya bahasa nya yang khas itu sangat tinggi, sehingga pembaca tidak
mudah untuk memahami dengan cepat, butuh penalaran yang tinggi dan terkadang
harus diulangi pembacaannya untuk memahaminya.Dari segi pencetakannya juga
cukup banyak kesalahan, pada bagian kovernya terlalu simple sehingga daya tarik
pembaca sangat kurang.Selain itu pada akhir cerita nya, nasib si kacak tidak
terlalu banyak dijelaskan, cerita nya agak sedikit menggantung.
Novel ini
tergolong novel yang sesuai untuk
keadaan pada zamannya, yang mengisahkan kehidupan masyarakat sehari-hari yang
mencerminkan sifat yang tolong menolong, toleransi, dan memunculkan sifat budi
pekerti yang luhur.
Bila
dibandingkan dengan novel-novel yang bertemakan islami lainnya, novel ini
memiliki kekhasan, yaitu bahasanya yang sederhana, mengalir dengan lantunan
syairnya.Novel ini tergolong novel yang sesuai untuk keadaan zamannya.
Nah, bagi
teman-teman pokoknya nggak bakalan rugi deh membaca buku ini.Buku ini cocok
untuk semua jenis kalangan, banyak sekali pesan moral yang disampaikan yang
sesuai dengan realita kehidupan saat ini. Keharuan ceritanya mengalir apa
adanya, membuat pembaca ikut merasakan, menghayati, dan berbaur dalam ceritanya.Menyentuh
hati siapa saja yang membaca nya, bahkan membuat pembaca meneteskan air mata.
Rabu, 23 Mei 2012
Selasa, 15 Mei 2012
Langganan:
Postingan (Atom)